o2worldnews.com – Setelah hampir dua tahun lamanya, pemerintah Indonesia sudah memberikan izin terhadap masyarakat yang ingin berkunjung ke kampung halaman pada Hari Raya Idul Fitri 2022. Antusias Mudik Lebaran 2022 yang tinggi, menjadi bentuk kepuasan masyarakat Indonesia terhadap aturan baru. Pemerintah sudah mengizinkan tradisi pulang kampung yang disertai oleh sebuah syarat berlaku. Sebagaimana yang diberitakan, bahwa kebijakan bagi masyarakat yang ingin mudik harus menyelesaikan vaksinasi booster ketiga. Tentunya hal ini dengan sengaja diperketat demi keamanan dan kenyamanan bersama.
Namun dibalik itu, kekhawatiran masyarakat Indonesia terhadap tren pandemi COVID-19 pada gelombang keempat pun tidak bisa ditepis. Seperti tren yang telah terjadi pada 2020 dan 2021 lalu, gelombang kembali mengejutkan masyarakat. Sehingga, aturan ketat untuk menekan angka penyebaran pun terpaksa diberlakukan. Lantas, bagaimana dengan tren di tahun 2022 ini? Mendengar kekhawatiran dan keresahan dari masyarakat Indonesia, seorang epidemiolog pun angkat bicara. Lantas, apa yang dikatakan oleh epidemiolog tentang tren pandemi yang memungkinkan selepas tradisi mudik di Hari Raya Idul Fitri 2022 ini? Berikut, adalah penjelasan lengkap nya.
Dibalik Antusias Mudik Lebaran 2022 Tinggi, Ada Tren COVID-19 yang Mengkhawatirkan
Dicky Budiman, selaku Epidemiolog Griffith University, sekaligus Praktisi Global Health Security, menjelaskan bahwasanya potensi penyebaran masih bisa terjadi dan dapat menyerang suatu negara kapan saja. Ia mengatakan, bahwa potensi kemungkinan bisa kembali meningkat karena disebabkan oleh interaksi hingga mobilitas yang tinggi.
“Mengatakan soal potensi, iya pasti jelas. Karena bagaimanapun juga di luaran sana banyak pergerakan manusia. Prinsipnya, setiap pergerakan diluar kondisi itu menjadi sebuah penyebab utama atas wabah. Pergerakan itu juga yang bisa menjadi sahabat dekat atas penyebaran penyakit maupun virus,” jelas Dicky, yang kami lansir dari sumber Kompas.com, pada Minggu, 17 April 2022 kemarin. Hanya saja, lanjutnya, potensi tersebut masih dikatakan dalam skala yang baik-baik saja, tidak seperti peningkatan kasus yang telah terjadi di Indonesia pada tahun sebelumnya.
Salah satu faktornya, adalah sebagian besar masyarakat Indonesia yang telah melakukan vaksinasi COVID-19 lengkap hingga dosis terakhir, yaitu dosis ketiga atau vaksinasi booster. Dengan demikian, jumlah orang yang memiliki tingkat imunitas tubuh terhadap penyebaran maupun infeksi virus Corona, bisa lebih besar dibandingkan tahun 2020 hingga 2021. “Artinya, potensi infeksi yang menyebar itu semakin kecil. Ditambah lagi kriteria Indonesia sudah diberlakukan dengan ketat, protokol kesehatan. Bukan hanya soal imunitas tubuh, tetapi aspek lingkungan juga sudah diperhatikan,” jelas Dicky.
Bukan hanya soal imunitas saja, sektor pelayanan kesehatan di Indonesia juga terbilang sudah berpengalaman dalam mengambil kejadian demi kejadian pasca tren gelombang Covid-19 pada 2020 dan 2021. Yang mana pengalaman dalam menghadapi antusias masyarakat sekaligus berupaya mengantisipasi penyebaran virus Corona kian lebih signifikan.
20 Persen Penduduk Indonesia Belum Memiliki Kekebalan Tubuh
Di kesempatan yang sama, Dicky turut mengingatkan kepada masyarakat Indonesia, bahwa masih ada 20 persen penduduk yang belum memiliki antibodi atau kekebalan dalam tubuh terhadap bentuk melawan virus. 20 persen penduduk tersebut, adalah warga yang belum melakukan vaksinasi, belum pernah terinfeksi, atau sudah pernah divaksin tetapi sempat terinfeksi Corona, dan antibodi semakin menurun. Penduduk itu terdiri dari penderita penyakit komorbid, lansia, bayi baru lahir, hingga anak usia dibawah 5 tahun.
“Dan diantara penduduk yang sudah melakukan vaksinasi atau memiliki kekebalan tubuh terhadap penyebaran infeksi virus, masih ada 20 persen populasi lainnya yang sangat beresiko jika nekat melakukan mudik. Oleh karena itu, disarankan agar peningkatan potensi kontribusi dapat meningkat karena kesadaran 20 persen ini,” jelas Dicky, yang kami lansir dari sumber Kompas.com, pada beberapa waktu lalu. Meskipun potensi ledakan pandemi Covid-19 di Indonesia sudah menurun dalam jangka waktu beberapa bulan terakhir, namun tidak bisa dipungkiri bahwa kasus infeksi masih bisa terjadi untuk kelompok rentan.
Terlebih lagi, daerah-daerah tertentu bisa menjadi awal utama bagi masalah Covid-19. Menurutnya, antusias mudik Lebaran 2022 harus diiringi dengan patuhnya protokol kesehatan dengan melakukan vaksinasi dan menaati sejumlah kebijakan pemerintah lainnya.