o2worldnews.com – Kenakalan remaja di era yang serba modern dan perkembangan teknologi semakin mumpuni ini bisa jadi dipicu oleh media sosial. Sebagaimana yang kita tahu, bahwa media sosial menjadi tempat kebebasan banyak orang untuk mengunggah sesuatu hingga menciptakan challenge yang sedang trend. Berkaitan akan hal tersebut, rupanya baru-baru ini terdapat kasus pelajar lakukan kekerasan kepada guru nya sendiri dikarenakan ingin mengikuti tantangan atau challenge yang sedang ramai di tiru oleh seluruh pelajar di media sosial.
Kejadian kriminal ini terjadi di Amerika Serikat. Bukan hanya menghajar gurunya sendiri, bahkan pelajar dan teman-temannya merusak toilet sekolah, hingga mencuri berbagai macam barang milik teman sekelasnya. Beberapa siswa yang terbukti melakukan tindak kriminal harus menjalani hukuman oleh oknum kepolisian karena kerugian dan kerusakan yang telah dilakukan. Atas ramainya berita tersebut, pihak platform media sosial pun memutuskan untuk menghapus berbagai macam video maupun tagar yang berkaitan akan challenge tersebut. Berikut adalah informasi lengkap seputar berita tersebut.
Berawal Tantangan Medsos, Pelajar Lakukan Kekerasan Ke Guru
Melansir dari sumber USA Today, pada Jumat, 8 Oktober 2021 kemarin, seorang siswa yang baru berusia 18 tahun di Louisiana, Amerika Serikat, ditangkap secara paksa oleh kepolisian. Ia harus menjalani pemeriksaan karena diduga melakukan penyerangan kepada seorang guru difabel yang telah berusia 64 tahun. Ketika ditanyakan motif dari perlakuan tersebut, remaja tersebut mengatakan bahwasanya ia hanya ingin melakukan salah satu tren challenge yang sedang ramai di salah satu aplikasi media sosial dengan jumlah pengguna terbanyak di Amerika Serikat.
Bukan sampai di situ saja, ternyata kejadian serupa juga dialami di sekolah menengah di Braintree, Massachusetts, Amerika Serikat. Seorang siswa mendapatkan hukuman sanksi berupa tindakan disipliner setelah diketahui melakukan pemukulan secara brutal oleh seorang guru dikarenakan ingin mengikuti tren yang sama. Sementara itu, seorang siswa yang masih duduk di bangku sekolah dasar di Carolina Selatan, telah mendapatkan sanksi serupa, yakni tindakan disipliner, karena melakukan penyerangan terhadap seorang guru, pada 1 Oktober 2021, di Distrik Sekolah Lancaster County, Amerika Serikat.
Selain menyerang guru, rupanya tren tersebut memberikan tantangan kepada seluruh pelajar di Amerika Serikat untuk merusak serta mencuri berbagai macam fasilitas yang ada di sekolah. Mengutip dari sumber 9News, pada 22 September 2021, Cherry Creek School District (CCSD), telah melayangkan laporan kepada pihak berwenang setelah sekolah tersebut menemukan tindakan pencurian dan perusakan properti sekolah setelah terdapat lebih dari 3 pelajar mengikuti tren di media sosial. Barang-barang yang dirusak dan dicuri, antara lain, sabun, tempat tisu toilet, uang milik teman sekelas, hingga cermin yang hancur.
Masalah yang sama juga telah dialami oleh sekolah Sky Vista Middle School dan Grandview High School. Sementara belum lama ini, New Britain High School di Connecticut, Amerika Serikat, terpaksa untuk ditutup sementara karena salah seorang pelajarnya ketahuan melakukan vandalism dan perilaku pelajar yang menyimpang. Motif pelajar tersebut terjadi dikarenakan ingin mengikuti tren “Devious Lick” yang sedang viral di media sosial. Akibatnya, sebanyak 70 siswa mendapatkan hukuman tindak disipliner karena vandalisme dan melakukan perkelahian secara brutal.
Asosiasi Guru Amerika Serikat Angkat Bicara
Mo Canady, selaku Direktur Eksekutif Asosiasi Nasional Tenaga Kependidikan, atau NASRO, mengatakan, bahwasanya tenaga kependidikan di seluruh wilayah Amerika Serikat sangat khawatir karena telah menyadari bahwa tren di media sosial tersebut mengharuskan para pengikutnya untuk menyerang guru. “Ketika remaja melihat hal seperti ini dan melihatnya bermain di dunia media sosial, mereka hanya paham tentang kesenangan. Mereka tidak memahami konsekuensi yang harus diberikan dan potensi tuntutan pidana,” ujar Canady, yang kami lansir dari sumber Kompas.com.
Selain itu, Canady juga mengatakan bahwa kini pihaknya sudah menyerahkan seluruh kasus berkaitan dengan tren kepada korban yang mengalami kejadian tidak diinginkan, entah memberikan hukuman tuntutan pidana ataupun tindakan disipliner. Walaupun demikian, Canady merasa sangat khawatir karena masa depan remaja sudah termakan oleh tren tersebut tanpa tahu tentang risiko berat yang akan mereka hadapi. Hingga saat ini, berita tentang pelajar lakukan kekerasan ke guru yang diduga hanya mengikuti tren medsos sedang menjadi sorotan publik.